Rabu, 10 November 2010

Cara Mengatasi Inflasi Menurut Saya

1. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan beberapa politik/kebijakan yaitu:
a. Persediaan Kas
Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.
b. Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka (open market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat dan pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.
c. Diskonto
Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
2. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain:
a. Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.
b. Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
3. Kebijakan Lain adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.
a. Sanering
Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
• Penurunan nilai uang
• Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.

b. Devaluasi
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
c. Menaikan hasil produksi.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
d. Kebijakan upah
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
e. Pengawasan harga dan distribusi barang.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.



Sumber : Buku Ekonomi untuk SMA/MA

Peranan Bank Sentral dalam Mengatasi Inflasi

Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.


Sumber : Wikipedia.com

Dampak dari Inflasi

Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.



Sumber : Wikipedia.com

Penggolongan Inflasi dan Mengukur Inflasi

Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
• Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
• Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
• Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
• Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
• Indeks harga barang-barang modal
• Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.



Sumber : Wikipedia.com

Penyebab terjadinya Inflasi

Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.


Sumber : Wikipedia.com

Minggu, 07 November 2010

Inflasi dan Perekonomian di Indonesia

Inflasi

Bulan dan tahun Tingkat inflasi
Juli 2009 2.71 %
Juni 2009 3.65 %
Mei 2009 6.04 %
April 2009 7.31 %
Maret 2009 7.92 %
Februari 2009 8.60 %
Januari 2009 9.17 %
Desember 2008 11.06 %
November 2008 11.68 %
Oktober 2008 11.77 %
September 2008 12.14 %
Agustus 2008 11.85 %
Juli 2008 11.90 %

Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5 persen setahun
Bulan dan tahun Pertumbuhan ekonomi
Maret 2006 15.74 %
Juni 2006 15.53 %
September 2006 14.55 %
Desember 2006 6.60 %


Perekonomian

Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.
Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.


Sumber : Wikipedia.com

Karangan Profil Diri Part 2

Aku kembali meneruskan sekolahku semula di Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi. Di sekolah itu aku mendapatkan prestasi berupa Juara 1 Lomba Kaligrafi tingkat Kecamatan Duren Sawit. Tepat tahun 2004 aku pun lulus Sekolah Dasar dan melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 27 Jakarta. Disana aku mendapatkan teman-teman baru dan suasana yang baru. Aku pun mengikuti ekstrakulikuler Taekwondo namun aku hanya bisa sampai tingkat sabuk biru strip dikarenakan aku jatuh sakit dan menderita typus yang cukup parah sehingga sang dokter melarangku untuk mengikuti taekwondo lagi agar tidak terjadi apa-apa dalam diriku. Saat kelas tiga SMP, aku mempunyai pengalaman yang bisa dibilang buruk, bisa dibilang berkesan ataupun bisa dibilang mistis. Sebelum kegiatan Pendalaman Materi berlangsung, aku bergegas menuju kamar mandi untuk buang air kecil namun setelah aku keluar dari kamar mandi, suasana sekolah sepi sekali tidak ada seorang siswa pun yang sedang mengikuti kegiatan Pendalaman Materi ternyata jam menunjukkan pukul 16:00 WIB. ASTAGA! Aku berada dikamar mandi selama tiga jam. Padahal aku hanya buang air kecil selama kurang lebih tiga menit. Selama tiga jam itu pula wali kelas serta ayahku mencari ku ke semua sudut sekolah sampai ke kamar mandi tempat aku buang air kecil yang seharusnya aku berada disitu namun mereka tidak melihatku. Sungguh tidak masuk akal. Akhirnya ayahku meminta bantuan “orang pintar” untuk mencariku dan menurut “orang pintar” itu, aku disembunyikan oleh makhluk penunggu kamar mandi itu dikarenakan saat aku masuk ke kamar mandi tanpa disengaja aku menyenggol anak dari makhluk itu sehingga makhluk itu pun marah kepadaku dan aku langsung disembunyikan saat wali kelas dan ayahku mencariku. Bagi siapapun yang membaca ini pasti merasa heran, tidak masuk akal dan percaya tidak percaya. Tetapi memang seperti itulah kejadiannya. Setelah kejadian itu, aku mendapat pelajaran jika kita ingin melakukan sesuatu ataupun ingin memasuki suatu tempat alangkah baiknya kita membaca doa terlebih dahulu agar tidak terjadi apa-apa. Tahun 2007 aku lulus dari SMP Negeri 27 dengan nilai yang cukup memuaskan.
Aku melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas tepatnya di SMA Negeri 59 Jakarta. Disini aku mendapatkan sahabat-sahabat baru, pengalaman-pengalama baru serta suasana yang baru. Sewaktu kelas X, aku mengikuti Latihan Dasar Kepimpinan Siswa (LDKS) OSIS di Puncak. Disana aku dilatih kebersamaan , kekompakkan, kepemimpikan serta diuji fisik maupun mental, mengikuti kegiatan Rohani Islam Tafakur Alam dan Studi Islam Ramadhan. Walaupun kelas X, aku mendapatkan banyak pengalaman yang berkesan seperti menjadi menjadi peserta dalam LDKS OSIS, menjadi panitia acara-acara 17an, Bakti Sosial, 59 Cup, Pensi, dan Pra LDKS. Saat kelas XI, akupun resmi menjadi Ketua Bidang 1 dalam kepengurusan OSIS angkatan XXVI. Selama menjadi pengurus OSIS, aku cukup berperan dalam kegiatan sekolah seperti menjadi seksi acara dalam LDKS Gabungan , Seksi Dana dan Tiket Box dalam SINCE 59, menjadi wali kelas X3 dalam Masa Orientasi Siswa, menjadi supporter sekolah dalam acara Berani Ngomong Berani Buktiin (BNBB) dari close-up yang diselenggarakan di hall A Senayan, menjadi penonton sekaligus perwakilan sekolah dalam acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke 100 di Gelora Bung Karno, memberikan kejutan kepada guru-guru dalam acara HUT PGRI, menjadi panitia seminar yang menghadirkan penulis terkenal Raditya Dika, ikut serta dalam pembagian sembako di lingkungan sekitar sekolah pukul tiga pagi, ikut serta dalam kegiatan Sahut On The Road di Taman Mini Indonesia Indah, menghabiskan uang surplus SINCE 59 dengan rekreasi ke Cimacan bersama teman-teman yang lainnya dan itu menjadi jalan-jalan teman-teman. Selain pengalaman yang berkesan, aku juga mendapatkan prestasi yaitu masuk dalam lima puluh besar Olimpiade Astronomi tingkat propinsi. Aku sangat bangga mendapatkan prestasi itu walaupun aku tidak lolos ke tingkat nasional. Ketika kelas XII aku tidak seaktif kelas XI karena aku harus fokus untuk menghadapi Ujian Nasional. Oleh karena itu, pengalaman yang aku dapatkan tidak sebanyak waktu aku masih duduk dibangku kelas XI. Selama di SMA aku selalu masuk lima besar di kelas dan aku sangat bangga mendapatkan prestasi itu dan tahun 2010 aku lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan.
Waktu terus berlalu hingga membawaku menjadi sesosok manusia yang baik dan cukup berprestasi. Sekarang aku melanjutkan ke perguruan tinggi tepatnya di Universitas Gunadarma. Sesosok pria dewasa memakai jas, berdasi, bersepatu pantofel yang mengendari mobil mewah dan masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi miliknya itu lalu memasuki ruangan yang luas dan nyaman dengan kursi serta meja kerja yang elegan. Itulah gambaran aku dimasa yang akan datang sesuai dengan cita-cita ku yang ingin menjadi pengusaha yang sukses dan ingin memberangkatkan kedua orang tua ku serta nenek dan kakekku menunaikan ibadah haji dengan biaya hasil keringatku sendiri. Amin.

Karangan Profil Diri Part 1

Tepat hari Jumat tanggal 08 Agustus 1988 sebuah pasangan yang telah menjalin asmara selama tiga tahun akhirnya mengikat janji dalam sebuah tali pernikahan. Dengan dibalut busana serba putih mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Dengan dihadiri sanak saudara dari kedua belah pihak, resepsi pernikahan pun digelar dengan cukup sederhana. Belum genap satu tahun mereka menikah, sang istri pun telah mengandung calon anaknya dan tepat tanggal 18 Nopember 1989 seorang bayi perempuan pun lahir dari rahim sang istri dan mereka memberi nama Indah Khoirunnisa. Mereka merawat anak pertama mereka dengan penuh kasih sayang dan saat anak mereka berumur tiga tahun, tanpa disadari sang ibu pun telah mengandung anak kedua mereka. Hari Selasa tanggal 23 Maret 1993 adalah hari terakhir di bulan Ramadhan atau yang sering kita disebut malam takbiran dan pada hari tersebut tepatnya jam 14:00 siang mereka melahirkan anak kedua mereka seorang bayi laki-laki. Yaaaak! Itu lah aku. Mereka memberiku nama Adhitya Ramadhan Dwi Putra. Adhitya artinya Selasa, Ramadhan artinya bulan Ramadhan, Dwi artinya anak kedua dan Putra artinya laki-laki. Itulah arti dari namaku.
Aku dan kakakku dirawat dan dibimbing dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tua ku hingga aku disekolahkan di Taman Kanak-Kanak Al-Watoniyah 40. Kami tinggal di Jalan Madrasah 1 no.24A RT001/010 Duren Sawit. Rumah kami berdekatan dengan nenek kakek ku dan beberapa sanak saudara lainnya. Suatu malam ketika ibuku sedang berbincang-bincang dengan tetanggaku, aku tersungkur hingga kepalaku terbentur anak tangga dengan cukup keras dan mengakibatkan keningku terluka sampai mengeluarkan darah yang cukup banyak. Melihat aku seperti itu, ibuku langsung membawaku ke rumah sakit terdekat agar aku bisa langsung ditangani oleh dokter. Ibuku langsung mengabari ayahku yang waktu itu sedang berada di Bali dan hari itu juga ayahku pulang ke Jakarta untuk melihat keadaanku. Luka yang dikeningku akhirnya dijahit oleh dokter. Setelah kejadian itu, bekas lukanya kini masih terlihat dikeningku hingga sekarang dan menjadi ciri khas ku. Itulah salah satu pengalaman buruk didalam kehidupanku. Umur lima tahun aku lulus dari Taman Kanak-Kanak dan aku melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke jenjang Sekolah Dasar tepatnya di Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta.
Belum lama aku duduk di kelas satu Sekolah Dasar, ayahku ditugaskan untuk dinas di Pulau Bali dan aku, ibuku serta kakakku harus ikut ke Bali selama tiga tahun. Jujur aku sedih sekali harus meninggalkan kota Jakarta, keluarga dan teman-temanku. Selama di Bali aku disekolahkan di Sekolah Dasar Pancasila Bedugul dan Sekolah Dasar Kesiman. Aku hampir setiap hari pergi ke Pantai Kuta, Pantai Sanur, Sangeh, Ubud dan tempat wisata lainnya. Setiap Hari Raya Idul Fitri pun aku pulang ke Jakarta untuk bersilahturrahmi serta melepas rindu dengan keluarga dan teman-teman yang ada di Jakarta. Tak terasa tiga tahun pun telah aku lewati di Bali hingga aku kembali ke Jakarta dan kembali tinggal disana. Banyak orang beranggapan jika kita minum air Bali maka suatu saat kita pasti akan kembali lagi ke Bali. Semoga saja anggapan orang-orang itu benar karena aku ingin sekali kembali ke Bali hanya untuk sekedar berlibur dan mengenang masa kecilku yang pernah ku habiskan di sana selama tiga tahun dulu. Itulah salah satu pengalaman baik di dalam hidupku.